WATER BASE MUD

Paling banyak digunakan,mudah pembuatannya, murah perawatannya, mudah diformulasikan untuk mengatasi kebanyakan problem pemboran.
 Non Inhibited
o Tidak cukup kuat menahan swelling dari clay, biasanya
digunakan sebagai Spud Mud
 Inhibited
o Lumayan dapat menahan swelling clay, biasa digunakan
pada lapisan clay yang mungkin dapat terjadi hidrasi
 Polymer Fluid
o Mengandalkan makro molekul, dengan atau tanpa pengaruh
dari clay.
Fresh Water Mud
Fresh Water Mud adalah lumpur pemboran yang fasa cairnya
dalah air tawar dengan kadar garam yang kecil (kurang dari 10.000
ppm = 1% berat garam). Fresh Water Mud terdiri dari :
a) Spud Mud
Spud mud digunakan untuk membor formasi bagian atas bagi conductor casing. Fungsi utamanya mengangkat casing dan membuka lubang di permukaan (formasi atas). Volume yang diperlukan biasnya sedikit dan dapat dibuat dari air dan bentonite atau clay air tawar yang lain. Tambahan bentonite atau clay diperlukan untuk menaikkan viscositas dan gel strength bila membor pada zona-zona loss. Kadang loss circulation material. Density harus kecil saja sekedar cukup menahan tekanan reservoir.
b) Natural Mud
Natural mud dibuat dari pecahan-pecahan cutting dalam fasa air. Sifat-sifatnya bervariasi tergantung dari formasi yang dibor. Umumnya lumpur pemboran tipe ini digunakan untuk pemboran yang cepat seperti pada pemboran pada surface casing (permukaan). Dengan bertambahnya kedalaman pemboran sifat-sifat lumpur pemboran yang lebih baik diperlukan dan natural mud ini ditreated dengan zat-zat kimia dan additif-additif koloidal. Beratnya sekitar 9,1 – 10,2 ppg dan viscositasnya 35 – 45 detik/qt
c) Bentonite – treated Mud
Mencakup sebagian besar dari tipe-tipe lumpur air tawar. Bentonite adalah material yang paling umum digunakan untuk membuat koloid inorganis untuk mengurangi filter loss dan mengurangi tebal mud cake. Bentonite juga menaikkan viscositas dan gel strength yang mana dapat dikontrol dengan thinner
d) Phosphate reated mud
Mengandung polyphosphate untuk mengontrol viscositas dan gel strength. Penambahan zat ini akan berakibat pada terdispersinya fraksi-fraksi clay koloid padat sehingga density lumpur dapat cukup besar tetapi viscositas dan gel strength-nya rendah. Ia dapat mengurangi filter loss serta mud cake dapat tipis. Tannin sering ditambahkan bersama dengan polyphosphate untuk pengontrolan lumpur. Polyphosphate tidak stabil pada temperatur tinggi (sumur-sumur dalam) dan akan kehilangan efeknya sebagai thinnner. Polyphosphate akan rusak pada kedalaman 10.000 ft atau temperatur 160 – 180o F karena akan berubah menjadi orthophosphate yang malah akan menyebabkan flokulasi. Juga Polyphosphate mud akan sukar dikontrol pada density lumpur pemboran yang tinggi (sering berhubungan dengan pemboran dalam). Dengan penambahan zat-zat kimia dan air, density lumpur dapat dijadikan 9 – 11 ppg. Polyphosphate juga menggumpal bila terkena kontaminasi NaCl, calcium sulfate atau kontaminasi semen dalam jumlah banyak
e) Organic Colloid treated Mud
Terdiri dari penambahan pregelatinized starch atau carboxymethylcellulose pada lumpur. Karena organic koloid tidak terlalu sensitive terhadap flokulasi seperti clay maka kontrol filtrasinya pada lumpur yang terkontaminasi dapat dilakukan dengan organic coloid ini baik untuk mengurangi filtration loss pada fresh water mud. Dalam kebanyakan lumpur pemboran penurunan filter los lebih banyak dapat dilakukan dengan koloid organic daripada dengan inorganic.
f) Red Mud
Red mud mendapatkan warna merahnya dari warna yang dihasilkan oleh treatment dengan caustic soda dan quebracho (merah tua). Istilah ini akan tetap digunakan walaupun nama-nama koloid yang sekarang ini dipakai mungkin menyebabkan warna abu-abu kehitaman. Umumnya nama ini digunakan untuk lignin-lignin tertentu dan humic thinner selain untuk tannin diatas. Suatu jenis lain lumpur ini adalah alkaline tannate treatment dengan penambahan polyphosphate untuk lumpur dengan pH dibawah 10. Perbandingan alkaline, organic dan polyphosphate dapat diatur sesuai dengan kebutuhan setempat. Alkaline tannate treated mud mempunyai range pH 8 – 13. Alkaline tannate dengan pH kurang dari 10 sangat sensitif terhadap flokulasi karena kontaminasi garam. Dengan naiknya pH maka lebih sulit untuk terjadi flokulasi. Untuk pH lebih dari 11,5 pregelatinized starchdapat digunakantanpa bahaya fermentasi. Dibawah pH ini preservative harus digunakan untuk mencegah fermentasi (meragi) pada fresh water mud. Jika diperlukan density lumpur yang tinggi lebihmurah jika digunakan treatment yang menghasilkan calcium treated mud dengan pH 12 atau lebih.
g) Calcium Mud
Lumpur pemboran ini mengandung larutan calcium yang sengaja ditambahkan dalam bentuk slaked lime (kapur mati), semen, plaster (CaSO4) dipasaran atau CaCl2. Tetapi dapat juga dikarenakan pemboran semen, anhydrite dan gypsum.
o Lime – treated
Lumpur ini ditreated dengan caustic soda atau organic thinner, hydrate lime. Treatment ini menghasilkan lumpur dengan pH 11,8 atau lebih, dan 3 – 20 epm (60 – 100 ppm) ion ca dalam filtrat. Lumpur ini menghasilkan viscositas dan gel strength yang rendah, memberi suspensi yang baik bagi material-material pemberat, mudah dikontrol padadensity sampai dengan 20 ppg, tolerant terhadap konsentrasi garam (penyebab flokulasi) yang relatif besar dan mudah dibuat dengan filter loss rendah. Keuntungannya adalah terutama pada kemampuannya untuk membawa konsentrasi padatan clay dalam jumlah besar pada viscositas yang lebih rendah. Lumpur ini cocok untuk pemboran dalam dan untuk mendapatkan density tinggi. Kecenderungannya yang memadat pada suhu tinggi dapat dihalangi untuk sementara waktu dengan bahan kimia untuk memberi kesempatan pemboran berlangsung beserta tes–tes sumurnya . Suatu lumpur Lime – treated yang cenderung memadat tidak boleh tertinggal pada casing – tubing annulus pada waktu well completion dilangsungkan. Penyelidikan-penyelidikan pada lumpur pemboran ini menghasilkan variasi-variasi lumpur ysng lebih sukar memadat.
o Gypsum treated mud
Lumpur ini berguna untuk membor formasi anhydrite dan gypsum, terutama bila formasinya interbedded (selang-seling) dengan garam dan shale. Treatmentnya adalah dengan mencampur base mud (lumpur dasar) dengan plaster (CaSO4 dipasaran) sebelum formasi formasi anhydrite dan gypsum dibor. Dengan penambahan plaster tersebut pada rate yang terkontrol, maka viscositas dan gel strength yang berhubungan dengan kontaminan ini dapat dibatasi. Setelah clay pada lumpur beraksi dengan ion Ca, tidak akan terjadi pengentalan lebih lanjut dalam pemboran formasi gypsum atau garam.
o Calcium – treated
Selain hydrated lime dan gypsum telah digunakan tetapi tidak meluas/ Juga zay-zat kimia yang memberi supply kation multivalent untuk base exchange clay (pertukaran ion-ion pada clay) seperti Ba(OH)2 telah digunakan.

DAFTAR PUSTAKA :
1. hidrolika lumpur pemboran

No comments:

Post a Comment

RUMUS dan PERHITUNGAN DASAR LUMPUR PEMBORAN

1. GRADIENT TEKANAN  Gradient tekanan, psi/ft , mengunakan berat lumpur, ppg Psi/ft = berat lumpur, ppg x 0,052 Contoh : 12,0 ppg cairan ...